Kasus Polio (lumpuh layu) pada anak-anak ditemukan di Pidie pada tanggal 10 November 2022. Penemuan tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium Prof Sri Oemijati, Kemenkes Jakarta yang merupakan laboratorium rujukan nasional.
Penemuan kasus ini bermula dari seorang
anak berumur 7 tahun, warga Kecamatan Mane. Awalnya si anak mengalami demam,
kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan
laboratorium, dinyatakan psien telah terinfeksi virus Polio.
Hal ini dikonformasi oleh Pj Bupati Pidie,
Ir Wahyudi Adisiswanto M.Si,.bersama Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika
Aboebakar, Sp.OG, di Pendopo Bupati setempat, Jumat, (18/11/2022).
Dalam hal ini, Pj Bupati menyatakan Pidie
mengalami status Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Dengan ditemukannya kasus Polio di Pidie,
maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita
ketahui Indonesia dan negara- negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan
bebas Polio,” sebut Pj Bupati Pidie.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pidie,
menyatakan, pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian
Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respon awal berupa Penyelidikan
Epidemiologi (PE).
Termasuk pencarian kasus tambahan di
wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan
RS setempat.
Selanjutnya melakukan review cakupan
imunisasi dan Penilaian Kondisi Sosial (social assessment) untuk mengetahui
bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi.
“Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim
Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan,” jelas dr Arika.
Arika menambahkan, virus Polio menular
melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus Polio. Jika virus ini
masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara
lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang
sistem saraf anak.
Katanya lagi, hingga menyebabkan
kelumpuhan. Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu
yang cukup lama, ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik,
seperti perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Lebih lanjut, untuk penanganan pasien saat
ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh Dokter Spesialis Anak dan dianjurkan
untuk dilakukan rehabilitasi medik.
Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane
memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro Sigli.
Untuk menanggulangi KLB, sesuai dengan petunjuk
dari Tim Komite Ahli, maka akan segera dilakukan respon imunisasi sub-PIN
dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 – <13 tahun.
Pemerintah Kabupaten Pidie juga segera
meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku
hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban dan melibatkan seluruh
pihak.
“Edukasi ini nantinya melibatkan semua
pihak, mulai dari pimpinan daerah beserta Kepala SKPK, tokoh agama, tokoh
masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga
pendidikan, kader kesehatan, akademisi, media massa, dan elemen masyarakat
lainnya, untuk mendukung pencegahan penularan Virus Polio,” pungkas dr Arika.
Perlu diketahui, Polio adalah penyakit yang
sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian
terutama pada anak usia < 5 tahun yang tidak diimunisasi polio secara
lengkap.
Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui
mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan
kotoran/tinja orang yang terinfeksi.
Gejala awal polio antara lain adalah demam,
kelelahan, sakit kepala. muntah-muntah, kekakuan di leher, nyeri di tungkai.
Hadir bersama Pj Bupati, Sekda Pidie, H.
Idhami, S.Sos., M.Si., dan Turut mendampingi ditempat tersebut, Ketua TP PKK Pidie,
Ny. Hj Suaidah Sulaiman, Ass III, Drs Sayuti, M.M.
Kemudian dari WHO, dari Kemenkes RI, Kabid P2P
Dinkes Pidie, dari RSUD TCD Sigli, Ka.Puskesmas Mane, dan Ka. Puskesmas Kota
Sigli.